yez I am

Minggu, 25 Desember 2011

Self Adjusment (http://www.masbied.com)

Self Adjustment (Penyesuaian Diri)

1. Definisi Self Adjustment (Penyesuaian Diri)

Perilaku self adjustment atau penyesuaian diri pada dasarnya terbagi atas dua yaitu pertama adalah mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya dan yang kedua adalah mengubah lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku (Sarwono, 1992).

Menurut Wolman (1973), pada kamus Behavior Science (dalam Bruno, 1977), Self Adjustment definisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengharmonisasikan kepuasan pada satu kebutuhan dan permintaan yang berhubungan dengan fisik dan sosial. Penjelasan lain pada kamus ini mendefinisikan self adjustment sebagai suatu variasi dan perubahan pada tingkah laku tertentu untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan diri individu sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara individu dengan lingkungannya. Kata “harmonis” pada definisi di atas merupakan istilah praktis yang menggambarkan bagaimana seharusnya suatu penyesuaian dalam kehidupan yaitu keselarasan dan keserasian individu dengan lingkungannya, di mana jika lapar kamu makan, minum ketika haus, lari ketika kamu takut, menyelamatkan diri ketika badai datang, dan menjauhi orang yang tidak menyenangkan, dengan ini semua, seketika itu juga, seseorang dikatakan dapat menyesuaikan hidupnya dengan masyarakat dan dapat bertahan hidup.

Sedangkan Bruno (1977) mendefinisikan self adjustment sebagai suatu hubungan yang harmonis antara individu dengan lingkungannya ketika individu tersebut dapat bertahan dan berjuang dari hari ke hari yang dilaluinya.

Calhoun & Acocella (1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi seseorang yang kontinyu dengan diri sendiri dengan diri orang lain dan dengan lingkungannya, ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi seseorang di mana hubungan tersebut bersifat timbal balik. Diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada seseorang, tubuh orang tersebut, perilakunya, dan pemikiran serta perasaannya adalah suatu yang seseorang hadapi tiap detiknya, adapun orang lain, jelas bahwa orang lain berpengaruh besar pada seseorang, sebagaimana diri sendiri terhadap orang lain. Begitu pula dengan lingkungan kita yaitu penglihatan dan penciuman serta suara yang mengelilingi seseorang saat seseorang menyelesaikan urusannya.

Sedangkan Schneiders (1964) mendefinisikan self adjustment sebagai proses belajar memahami, mengerti dan berusaha melakukan apa yang diinginkan oleh individu maupun lingkungannya yang melibatkan proses mental, respon tingkah laku, frustasi dan konflik untuk mencapai suatu keharmonisan atas tuntutan dalam dirinya dan dunia di sekitarnya. Schneiders membagi self adjustment menjadi empat unsur yaitu (a) adaptation, atau adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian yang dipandang sebagai kemampuan beradaptasi atau kemampuan untuk mengharmoniskan antara tingkah laku dengan lingkungannya karena orang yang melakukan penyesuaian diri dengan baik maka akan mempunyai hubungan yang memuaskan dengan lingkungannya. (b) conformity, penyesuaian diri yang sesuai dengan kriteria sosial yang berlaku, (c) mastery, artinya individu yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai kemampuan membuat rencana dan mengorganisasikan diri sehingga dapat menguasai dan menanggapi segala masalah dengan efisien, (d) individual variation, artinya ada perbedaan individual pada perilaku dan respon individu dalam menanggapinya.

Menurut Chaplin (1989), self adjustment merupakan variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan, di mana hambatan yang dihadapi tersebut diatasi dengan mengubah tingkah lakunya sampai ditemukan reaksi yang bisa memberikan kepuasan.

Penyesuaian diri terhadap lingkungan akan diawali dengan stres, yaitu suatu keadaan di mana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang sehingga makin cepat individu menyesuaikan diri maka makin mengurangi stres yang berkepanjangan, di mana keharmonisan individu dan lingkungan merupakan hasil dari penyesuaian diri yang baik (Sarwono, 1992).

Jadi self adjustment adalah adanya keharmonisan antara individu pribadi dengan lingkungannya di mana individu dapat berinteraksi, bersosialisasi dan bertingkah laku yang tepat dengan lingkungannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Adjustment

Menurut Bruno (1977), self adjustment dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

  1. Faktor internal. Penyesuaian diri dilakukan oleh individu ketika secara fitrah, keinginan aktualisasi diri hadir untuk mengaktualisasikan pemahaman atau pemikiran-pemikiran terhadap lingkungan, hasil penelitian menunjukkan kalau individu dengan IQ rata-rata ke atas akan melakukan penyesuaian diri lebih baik, selain itu, keinginan biologis pada individu mendorong individu untuk melakukan penyesuaian diri.
  2. Faktor eksternal. Kehidupan individu tidak terlepas dari kehidupan sosial di mana masyarakat atau lingkungan individu tempati akan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri.

Calhoun & Acocella (1990), berpendapat bahwa self adjustment dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

  1. Interaksi yang kontinyu dengan diri sendiri, yaitu sejumlah keseluruhan dari apa yang telah ada pada seseorang seperti tubuh, perilakunya, pemikirannya dan perasaannya adalah sesuatu yang seseorang hadapi setiap saat.
  2. Interaksi yang kontinyu dengan orang lain. Orang lain sangat berpengaruh besar pada seseorang.
  3. Interaksi yang kontinyu dengan lingkungan. Lingkungan akan memaksa seseorang untuk melakukan penyesuaian.

Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang melakukan adjustment. Menurut Sarlito (1992) faktor-faktor tersebut meliputi:

  1. Kesadaran (awarness), yaitu individu menyadari akan kondisi lingkungan yang baru sehingga dapat segera mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya atau mengubah lingkungannya agar sesuai dengan tingkah lakunya. Kesadaran ini terdiri atas pengetahuan, kepercayaan dan norma-norma.
  2. Persepsi. Persepsi individu terhadap lingkungannya itu relative, di mana persepsi tercipta karena adanya interaksi yang terjadi antara individu beserta seluruh sifat-sifat pribadi dan pengalaman masa lampaunya dengan lingkungan di mana ia berada.
  3. Konflik penerimaan dan penolakan. Karena adanya konflik penerimaan ataukah penolakan pada individu dalam lingkungannya yang baru maka individu akan terdorong untuk bertingkah laku sesuai dengan lingkungannya.
  4. Motivasi. Adanya motivasi yang dirasakan individu berkenaan dengan lingkungannya membuat individu berusaha untuk melakukan adjustment. Menurut Schneiders (1964) motivasi terbagi atas dua yaitu:
  5. Conscious motivation atau motivasi yang disadari yaitu meliputi needs (kebutuhan), desires and wants (keinginan yang kuat), motives (alasan), interests (ketertarikan), attitudes (sikap), and goals (tujuan).
  6. Unconscious motivation atau motivasi yang tidak disadari yaitu meliputi feelings (perasaan), experience (pengalaman), wishes (harapan), instincts (insting), habit (kebiasaan), and mechanisms (pertahanan-pertahanan diri yang lain).

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek (Mu’tadin, 2002), yaitu:

  1. Penyesuaian Pribadi

Kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.

2. Penyesuaian Sosial

Setiap Individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama ;lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi sebagai pengawas yang mengatur kehidupan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar